Lebih Dari Separuh Jiwaku Pergi
Hari Lamaranku, Papa masih bisa menemani :)
Pangkalpinang, 23 Maret 2021
Sekian lama semenjak tulisan terakhir, begitu banyak hal yang aku ingin ceritakan, dimana aku tak tahu harus cerita kemana. Belum mulai pun, aku sudah berurai air mata begitu derasnya. Mengisyaratkan betapa dalamnya sayatan di hatiku yang bahkan aku sendiripun tak menyadarinya. Papaku meninggal bulan Oktober tahun lalu, sudah hampir 5 bulan berlalu. Ya, benar. Ternyata ketakutan itu yang bahkan pernah aku ceritakan sebelumnya menjadi kenyataan. Luka ketika mendengar Papa sakit pada masa SMA pun belum sembuh, ditambah lagi luka hati kehilangan nya untuk selamanya disaat aku jauh, disaat aku tak sempat melihatnya terakhir kalinya. Rasa sakit ku belum terobati saat melihat Papa sakit tidak bisa berjalan saat SMA, harus ditambah rasa sakit ku ditinggalkannya untuk selamanya disaat aku tak ada di dekatnya. Sakit sekali, mungkin rasa sakit ini tidak akan pernah sembuh sampai kapan pun. Dan hanya aku dan cerita inilah yang menjadi saksi bisu betapa sakitnya hati ini. Aku bukan seseorang yang mudah bercerita kepada siapapun. Bahkan ke orang paling terdekat pun. Tak banyak orang tahu masalahku. Aku hanya bisa memendamnya sendirian. Sekarang, hidupku... Apakah kalian tahu? Hidupku segan tapi mati tak mau. Tidak, terkadang aku berpikir untuk hilang saja dari dunia ini. Aku tidak kuat lagi di dunia ini. Aku merasa apa lagi yang harus aku cari di dunia ini ketika apa yang aku inginkan tidak ku dapatkan. Jika saja mati itu tidak ada surga dan neraka, mungkin yaa aku memilih mati saja meninggalkan mereka semua tanpa penjelasan apapun. Tapi, belum separah itu ternyata, pernah suatu hari aku berkonsultasi dengan psikiater, aku di diagnosa depresi dan sempat diberikan obat-obatan. Tahu rasanya bagaimana di diagnosa punya penyakit mental sungguhan? Mental illness dimana orang-orang menyebutnya tabuh, tak pernah sedikitpun terbesit oleh ku, aku ternyata punya penyakit mental. Semua berawal dari Papa sakit. Lebih dari separuh jiwaku pergi entah kemana. Waktu itu aku tidak siap. Anak manja ini setiap hari ketemu Papa, setiap hari ngobrol sama Papa. Ketika Papa sakit, aku berlari, aku bersembunyi, aku tak siap. Titik balik aku berubah adalah saat itu...... Aku lebih pendiam, aku lebih sering menangis sendiri, aku bahkan sering marah sama Tuhan, aku sering iri dengan orang lain, sejak saat itu aku merasa emosiku sangat sangat tidak stabil, aku sering tidak menghargai hidupku sendiri, aku tak punya cita-cita lagi saat itu, cita-citaku, semua keinginanku, semua ambisiku semua hilang, aku menjadi sosok yang pesimis, tidak percaya diri, semua karena kehilangan sosok Papa. Dan saat Papa benar-benar pergi, aku hanya melanjutkan dan semakin memperparah titik balik kehidupan ku tersebut. Aku sudah menikah sekarang, tapi hal itu juga tak menyembuhkanku. Aku merasa masalah terus mengintaiku, kesedihan terus mengintaiku, dan tangisan merupakan sahabat sejatiku. Aku capek, aku lelah, aku ingin bahagia juga!!!!! tak mengerti jalan keluarnya bagaimana??? hidupku hancur, tak ada sedikitpun kebahagiaan , salah, bohong jika tidak ada sedikitpun kebahagiaan. Terlalu zolim jika ku katakan hidupku tidak ada kebahagiaan sedikitpun. Tapi, jujur saja, terlalu banyak hal yang menyedihkan dalam hidupku. Mungkin ekspektasiku yang begitu jauh dan tinggi tentang kebahagiaan. Tapi, aku iri dengan kehidupan beberapa orang yang jauh lebih beruntung dariku, sekedar bisa bertemu keluarga setiap hari, mereka sangat-sangat beruntung. Aku ingin seperti mereka juga, tapi aku tahu, pekerjaanku tak mengijinkan hal itu terjadi. Berhenti bekerja pun aku ragu. Sesuai pepatah "hidup segan mati tak mau", ya begitulah hidupku sekarang. Aku merasa hidupku tak berharga tapi aku takut mati. Aku sadar sekali dosaku banyak sekali. Aku harus ngapain yaa? Udah berusaha bahagia, tapi tidak bisa. Luka ini begitu dalam, sampai aku sendiri pun sulit melihatnya apalagi memahaminya. Aku bahkan tak tahu apa yang bisa membuat hati ini hidup kembali. Lebih dari separuh jiwaku telah mati dan tak ada kobaran semangat lagi. Dan aku tak tahu harus melakukan apa. Aku ingin sembuh, aku ingin kembali menjadi Merry saat aku masih bersama Papa. Yang ceria, yang percaya diri, yang menjadi sosok yang diidamkan orang banyak. Dulu aku itu goals banget, anak kesayangan Papa. Gak ada keluarga yang gak tahu, betapa Papa sanggat sayang sama aku. Dan jujur aku benar-benar merasa dicintai saat itu. Aku benar-benar bahagia saat itu. Apa yang aku inginkan saat itu mudah bagiku mendapatkannya. Namun, sekarang, aku bisa tetap bertahan hidup sudah kemajuan pesat!!! Aku masih mau hidup saja sudah bagus. LEBIH DARI SEPARUH JIWAKU PERGI, PAPA..... Doakan kehidupanku semoga semakin membaik, semoga tulisan selanjutnya merupakan tulisan kebahagiaan. Dan tulisan selanjutnya HARUS tulisan kebahagiaan. Aamiin.
Semoga apa yang aku inginkan bisa tercapai satu per satu....... Aamiin...
Komentar
Posting Komentar